SKENARIO
“SIUK BAMBAM”
Judul: Siuk Bambam
Diperankan: 3 orang pemain.
1. Siuk Bambam.
2. Siuk Bimbim.
3. Anak Raksasa.
ADEGAN I
Prolog
Jaman dahulu hiduplah dua kakak beradik laki-laki yang bernama Siuk Bambam dan Siuk Bimbim. Kedua anak ini yatim piatu, kedua orangtuanya sudah meninggal dunia. Kini Siuk Bambam yang masih berumur 10 tahun itu harus bertanggung jawab atas kelangsungan hidup adiknya yang masih kecil. Walaupun begitu Siuk Bambam sangat sayang pada adiknya. Suatu hari mereka berdua kembali kerumah dari berburu di hutan.
ADEGAN II
Siuk Bimbim : “Kak, aku lelah dan lapar sekali.”
Siuk Bambam : “Kau istirahatlah terlebih dahulu, adikku”
Siuk Bimbim : “Baik, kak.” (langsung merebahkan diri di tempat tidur)
(Setelah itu Siuk Bambam langsung menyiapkan beras untuk dimasak, ketika ia akan menyalakan api batu pemantik api telah hilang.)
Siuk Bambam : “Bagaimana ini? Satu-satunya cara untuk mendapatkan pemantik itu aku harus pergi ke kampung. Tetapi aku tak ingin meninggalkan Siuk Bimbim sendirian, jika dibawa aku juga kasihan padanya yang telah kelaparan dan kelelahan. Apalagi jarak dari rumah ke kampong sangat jauh”
ADEGAN III
(Siuk Bambam pun membangunkan adiknya untuk berunding)
Siuk Bambam : “Dik, batu pemantik api kita hilang. Aku ingin membelinya dikampung, apa kau bersedia aku tinggal sendiri?”
Siuk Bimbim : “Baiklah kak, aku akan menunggu drumah saja. Asalkan kakak cepat kembali.”
Siuk Bambam : “Baiklah, tetapi kau jangan keluar rumah sampai aku kembali. Aku janji akan kembali secepatnya.”
Siuk Bimbim : “Iya, kak.”
(Setelah kakaknya pergi, Siuk Bambam pun tertidur)
ADEGAN IV
(Karena perutnya terasa melilit yang disebabkan kelaparan, Siuk Bimbim pun terbangun.)
Siuk Bimbim : “Ooo…, kakakku Siuk Bambam. Maram burung dia tara tinu, kembang behas diatara rapi.” (Artinya: Kak cepatlah pulang, burung buruan kita sudah busuk dan beras yang direndam sudah hancur.)
(Siuk Bimbim berulang-ulang mengucapkan kata-kata yang sama, hingga seekor anak raksasa sedang lewat.)
Anak Raksasa : “Nah.. Kedengarannya ada suara orang. Kali ini aku beruntung, sudah lama aku tidak makan apa-apa. Perutku lapar sekali.” (Ia pun menuju arah suara itu)
(Saat anak raksasa sudah didepan rumah Siuk Bambam)
Siuk Bimbim : “Kakakku Siuk Bambam. Maram burung dia tara tinu, kembang behas diatara rapi.)
Anak Raksasa : “Bakmmmm…”
(Karena Siuk Bimbim mengira bahwa itu adalah kakaknya, ia pun membukakan pintu. Saat itu juga anak raksasa itu menerkam dan memakan habis Siuk Bimbim)
ADEGAN V
(setelah mendapatkan pemantik api, Siuk Bambam langsung pulang. Setelah sampai, Siuk Bambam memanggil-manggil adiknya)
Siuk Bambam : “Adikku… Siuk Bimbim… dimana kau??”
(Berkali-kali Siuk Bambam memanggil adiknya, namun tak ada jawaban. Sampai akhirnya ia melihat ke lantai ada darah segar dan segumpal rambut)
Siuk Bambam : “Jangan-jangan.. Ini rambut dan darah adikku. Siapa yang telah membunuh adikku?”
(Ia pun teringat perkataan ayahnya, bahwa di Bukit Kaminting, jajaran Bukit Raya ada sebuah telaga. Disana ada air kehidupan, yang dinamakan Danum Kaharing Belom.)
Siuk Bambam : “Aku akan mencari air ajaib itu untukmu, adikku.”
ADEGAN VI
(Ia berlari menuju Bukit Raya, siang malam tanpa henti. Ia tak mempedulikan tenggorokan dan perutnya yg kering dan lapar itu. Hingga suatu hari ia benar-benar kelelahan, ia roboh di sebuah telaga. Ia pun langsung meminum air tersebut. Setelah ia meminum air ini ia kembali pulih bahkan tak terasa lapar atau kelelahan.)
Siuk Bambam : “Ini, pasti air kehidupan itu! Bagaimana cara membawa air ini kerumah?”
(Akhirnya ia menemukan cara, dilepaskan ikat kepalanya. Lalu dicelupkan ke dalam air telaga. Setelah meresap, ikat kepala itu digulung. Ia pun langsung berlari dengan cepatnya kembali ke rumah)
ADEGAN VII
Siuk Bambam : “Dewa tolonglah hambamu…”(ujar Siuk Bambam berkali-kali, sambil meneteskan air itu ke darah dan gumpalan rambut tersebut.)
(Tak lama kemudian, darah dan gumpalan rambut tersebut membentuk tubuh manusia. Dan akhirnya hiduplah kembali Siuk Bimbim)
Siuk Bambam : “Adikku… apa benar ini kau? Sebenarnya apa yang terjadi?”
Siuk Bimbim : “iya kak, jadi begini…” (ia pun menceritakan kejadiannya)
Siuk Bambam : “Kasihan kau adikku, sekarang mari kita masak. Pasti kau merasa lapar.”
Siuk Bimbim : “Baik kak.”
(Setelah masak dan makan sampai kenyang,mereka berdua menyusun rencana untuk menghadapi anak raksasa kejam itu.)
Siuk Bambam : “Besok pagi, kau berpura-pura kelaparan dan memanggil-memanggilku seperti hari kemarin.”
Siuk Bimbim : “Tapi kak, bagaimana jika anak raksasa itu datang?”
Siuk Bambam : “Jangan khawatir, aku akan bersembunyi di loteng atas dengan membawa sumpitan dan Mandau.”
Siuk Bimbim : “Baiklah kak.”
(Malam ini mereka beristirahat dengan tenang.)
ADEGAN VIII
(Esok paginya, mereka menjalankan rencana itu.)
Siuk Bimbim : “Ooo…, kakakku Siuk Bambam. Maram burung dia tara tinu, kembang behas diatara rapi.”
(Raksasa itu pun datang dan Siuk Bambam langsung meniupkan sumpitnya yang telah diberi racun. Anak raksasa itu menjerit keras. Siuk Bambam pun segera turun dan menikamkan Mandau kea rah leher raksasa itu. Seketika anak raksasa itu tewas menemui ajalnya. Kini tak ada lagi orang yang yang mengganggu ketentraman mereka)
Cerita dikutip dari buku Kumpulan Cerita Rakyat
Skenario dibuat oleh wulantiwulxoxos.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar